Soulmate (#30harimenulissuratcinta)


Halo, Mat.

Hari ini tanggal 22 Februari 2016. Tepat satu bulan lagi, Mat, kamu bakalan ngerayain tanggal 22 Maret ke 22 dalam hidupmu.

Pas sebulan. Dan jujur aja aku belum tahu mau kasih kamu kado apa kalau tanggal 22 Maret dateng. Tapi untuk tanggal 22 Februari, aku udah punya kado. Ya, surat ini.

Beberapa hari yang lalu kamu tanya sama aku tentang bedanya cinta sejati, teman hidup dan jodoh. Menurut kamu itu semua beda, walaupun buat aku kamu nggak menjelaskan dengan jelas bedanya apa. Lalu aku jawab pakai argumenku kalau jodoh itu nggak pasti harus dua orang laki-laki dan perempuan yang end up together, tapi cukup dengan garis takdir yang lagi bersisian, dan dipertemukan itu aja udah jodoh.

Ya, kaya kita saat itu. Saat ini.

Kalau aku ditanya tentang jodoh, itu tadi jawabanku. Kalau aku ditanya tentang teman hidup, simply, aku akan jawab: Kamu.

Aku masih inget super jelas, saat-saat Tuhan pertama kali menjodohkan kita. Hari itu kita baru pertama kali ke SMADA untuk ketemu temen sekelas dan ketemu kakak pembimbing ospek kelas kita. Di pelataran depan lab biologi, Mat, itu pertama kali aku jabat tangan kamu sebelum aku mau pinjem gunting yang letaknya deketan sama posisi kamu duduk waktu itu.

“Aku Finta. Kamu?”

“Aku Astri.”

“SMP mana dulu?”

“SMP 12. Kamu?”

“Aku SMP 8.”

Lalu kata-kata berikutnya adalah dialog ‘tolong ambilkan gunting.’

Aku sendiri heran kenapa aku masih inget-ingetnya kejadian itu. Padahal adegan kenalan sama temen-temen yang lain aja aku udah lupa. Aku bahkan masih inget kamu pakai baju apa dan jilbab warna apa. Mungkin itu cara Tuhan untuk memberi tahu aku bahwa Ia telah melakukan sesuatu yang besar dalam hidupku, mempertemukan aku dengan teman hidupku.

Aku punya banyak pikiran-pikiran absurd dalam kepalaku tentang hidup, Mat. Selama 14 tahun, aku nggak pernah merasa membagikan hal itu penting dan akan menyenangkan. Sampai di usia ke 15, di mana akhirnya ada kamu. Karena kamu, aku merasa hal teraneh dalam diriku itu normal dan nggak ada yang salah.

Aku punya banyak hal-hal yang pengen aku coba, Mat. Dan lalu dengan ajaibnya semua itu jadi nyata dan menyenangkan karena sama kamu. Bolos. Nonton konser. Di panggil guru BP. Telat. Jadi anak bandel. Ilang di Jakarta. Dan masih banyak lagi. Tapi yang paling menyenangkan adalah karena kamu, aku nggak pernah takut jadi diri sendiri. Karena kamu, aku nggak ngerasa aneh pake gelang warna-warni ke sekolah. Aku juga nggak ngerasa aneh pake sepatu bunga-bunga, jaket pelangi, tas skleton dan yang aneh-aneh lainnya karena kamu nggak mandang itu aneh. Kamu dan jaket, tas dan segala pernik-pernik coklat mu waktu itu, bikin aku ngerasa normal jadi makhluk pelangi. Hahaha.

Aku punya lika-liku dalam hidupku, Mat. Ingat hari-hari akhir putih abu-abu kita? Kita berdua barengan, Mat, berjuang gapai cita-cita kita. Semua terasa mustahil. Tapi ternyata we made it. Because we were together. Satu hal yang aku sadari saat itu, Mat, kamu nggak mendorong aku dari belakang, atau menarik aku dari depan, tapi kita berjalan bersama, beriringan, saling menguatkan. That’s what friends are for kan?

Aku punya banyak masalah, Mat. Aku pernah jatuh sejatuhnya-jatuhnya. Air mataku pernah habis sehabis-habisnya. Dan kamu, sama sekali nggak pernah ninggalin aku barang sedikit aja. Kamu ada, bahkan ditengah malam kamu masih mau ngladenin aku dan air mataku. Kamu dan keluargamu yang nemenin hari wisuda SMA-ku. Kamu, Mat, satu-satunya yang masih megang tanganku disaat orang-orang terdekatku seolah dorong aku ke jurang. Kamu yang bikin aku nggak jatuh tersungkur, bahkan kamu, adalah salah satu alasan kesembuhanku dari luka-lukaku.

Aku punya banyak teman, Mat. Tapi Tuhan baru kasih aku satu teman hidup, ya, kamu. Jadi aku akan selalu berdoa sama Tuhan agar Dia nggak akan punya ide untuk misahin kita. Aku juga akan selalu berdoa agar Tuhan kasih kamu jawaban atas segala cobaan, kekuatan, dan kebahagiaan. Karena bahagiamu, bahagiaku juga.

Aku punya banyak ketakutan dalam hidup ini, Mat. Aku takut sama masa depan. Aku takut sama masa lalu. Tapi kamu tahu nggak, kalau aku diminta pilih hal apa yang paling menakutkan dalam hidupku….

Jawabannya satu

Kehilangan kamu.





By the way, Mat, semoga kamu seneng ya dapet surat-cinta-hadiah-umur-21-yang-tinggal-sebulan ini walaupun tanpa eksplanasi tentang cinta sejati.


Comments