Dini-ku (#30harimenulissuratcinta)
Suatu hari di depan diorama Keraton Yogyakarta.
Aku masih ingat tentang seorang gadis berusia
15 tahun, mengucir rambut keritingnya di belakang kepala. Menuliskan sesuatu di
kertas yang ia bawa-bawa. Namun gadis itu tersenyum begitu manis ketika ku
ulurkan tanganku untuk menjabat tangannya. Wajahnya sangat hangat dan ramah,
aku bisa merasakan kenyamanan sekejap saja.
Gadis itu berasal dari Pekanbaru, tempat yang
sama sekali aku tidak tahu ketika itu. Adalah teman sekelasku ketika masih
kelas satu. Ia suka sekali warna ungu.
Ia baik sekali hatinya. Mau melakukan apa saja
demi teman-temannya. Pandai sekali ia meracik makanan dan hebat sekali ia
dengan pekerjaan rumah tangga. Keperempuanan gadis itu juga diimbangi dengan
kemampuannya berhubungan dengan alam, juga motor Satriya.
Lalu rambut ikal itu diluruskannya. Kawat dipasang
di giginya. Si manis kini semakin dewasa. Ia semakin cantik saja.
Dan lalu ia memutuskan memasang hijab di
kepalanya. Membuat gadis itu semakin enak dipandang mata. Belum lagi ditambah berbagai
macam kosmetika yang ia punya.
Aku pernah berkata padanya bahwa jika ia jatuh
cinta ia akan setia. Dan ternyata benar adanya. Aku selalu berharap pada Tuhan
agar hal baik selalu datang pada cerita cintanya.
Kini kami telah terpisah jarak 124 KM antara
Semarang dan Yogyakarta. Tapi gadis itu selalu tidak ragu menempuh jarak itu
jika ada apa-apa dengan kami yang di berbeda kota. Ia tetap ada.
Halo Dini, pejuang kesukaanku.
Tuhan tahu bagaimana kamu sudah berjuang setiap
waktu. Bagaimana ketangguhanmu dalam menjalani berbagai lika-liku. Bagaimana kamu
selalu pentang menyerah terhadap apa yang menjadi milikmu. Temanmu, keluargamu,
cita-citamu..
Tuhan tahu.
Tuhan akan selalu bersamamu. Memeluk mimpi-mimpimu.
Tuhan menyayangimu
Begitu juga dengan aku.
Fintaaaaa. aku baru tau kami ada blog. Dan masih aktif ngeblog. Aaaahhh kereeennnnn !!!!!
ReplyDeleteaaaa makasih amaaaaaaaaa. aku rinduuuu
ReplyDelete