Her Forever Love (#30HariMenulisSuratCinta)
Kata demi kata ku ketik diatas keyboard lalu kemudian ku hapus lagi. Ku ketik lagi... ku hapus lagi... hanya untuk mencari kata yang tepat untuk membuka surat ini.
Bagaimana sih biasanya aku menyapamu, Bapak? Bagaimana bisa aku melupakannya? Ah, anak macam apa aku?
Mungkin aku harus menjelaskan padamu kenapa aku ingin menulis surat untukmu. Ya, karena aku sedang merindukanmu. Rindu yang tidak bisa dibaurkan oleh temu. Rindu akan bentuk cintamu yang dulu.
Pikirku selalu menghantu, mengapa menerjemahkan kasih sayangmu aku tak mampu?
Aku selalu meragu akan cintamu. Mungkin karena minimnya kata yang terurai dari bibirmu. Kau loloskan semua pintaku, kau bergeming ketika ku pulang larut, dan yah, kau tidak pernah bertanya apa kabarku.
Aku tidak menyalahkan sifat pendiammu atas hubungan kita yang tidak dekat. Anak perempuan tidak bisa bercerita banyak tentang hidupnya pada ayahnya, mungkin itu yang memberi hati kita sekat. Dan mungkin hal itu juga yang membuatmu percaya bahwa untuk menjalani hidupku, aku sudah cukup kuat.
Aku tahu, kau dan aku sudah sama-sama paham bahwa aku sudah bukan lagi gadis kecil yang dulu selalu menghambur ke pelukmu. Walaupun begitu aku selalu tahu kau selalu akan ada untukku kapanpun itu. Aku bisa merasakan guratan kebahagiaanmu setiap kali aku membutuhkanmu. HAHA, tiba-tiba aku jadi ingin menyalahkan waktu atas pertumbuhanku.
Ingatkah saat itu Bapak? Ketika itu kunci motorku hilang di kampus yang maha besar dan satu orang melirikku pun tidak. Biasanya aku akan membereskannya sendiri jika tak ada kawanku yang bisa membantuku berpijak. Tapi malam itu aku menelponmu, Bapak. Kau langsung meladeniku walau harus mengabaikan pekerjaanmu yang banyak. Dan pada akhirnya kita menghabiskan pukul tujuh sampai dua belas malam menunggu kunci motorku yang baru terjiplak.
"Emang kalau nggak sama Bapak kamu mau minta tolong sama siapa lagi?" itu kata-katamu yang kau katakan saat itu. Masih terngiang jelas di kepalaku. Saat itu aku tahu, aku selalu bisa mengandalkamu.
Apakah metamorfosa gadis kecilmu ini membingungkanmu? Sehingga jalan satu-satunya yang kau tahu untuk mencintaiku adalah percaya padaku dan tidak pernah memarahiku? Lucu ya, terkadang rasa percayamu yang membuat ku ragu akan cintamu. Aku memang banyak mau.
Maaf jika aku menyebalkan dan membenci bungkammu. Mungkin itu karena aku haus akan kehadiranmu. Dan jika diam dan percaya adalah caramu, kesalku adalah cintaku padamu. :p
The reason why daughters love their dad the most is that there is at least one man in the world who will never hurt her.
Dan aku masih mengingat jelas senyuman persetujanmu saat aku menunjukkan kalimat itu padamu.
Bapak Sudar Padmahadi, mesti tak pernah terucap dari mulutku, tapi kau harus tahu, bahwa dirimu adalah cinta pertama anak gadismu ini. Cinta pertama, dan selamanya :)
Mbak finta :") :") :")
ReplyDeletembak finta... :")
ReplyDelete