[Life] Cerita Tentang Manakala


manakala/ma·na·ka·la/ p kata penghubung untuk menandai syarat (waktu)

Tepat tanggal 28 Oktober kemarin, aku merayakan suatu hal yang lebih dari Hari Sumpah Pemuda. Yak, novel kedua-ku, Manakala akhirnya terbit!

Senang dan lega semua bercampur aduk menjadi satu di hatiku. Setelah melewati proses yang lumayan panjang, dari mulai riset, penyusunan plot, pembentukan karakter, penulisan, editing dan segala tetek bengeknya, akhirnya jadi juga. Manakala ini memang mengalami proses ‘persalinan’ yang lebih menantang plus menguras perasaan dibandingkan kakaknya, Reminisensi.

Tentang apakah novel Manakala ini sebenarnya? Dan kenapa judulnya Manakala? Oke akan aku ceritakan secara garis besar melalui postinganku kali ini.

Manakala berkisah tentang dua orang sahabat yaitu Karel dan Auri. Mereka bersahabat sudah sangat lama. Mereka terlalu dekat sampai pada suatu hari persahabatan mereka berada di ujung tanduk dan kehilangan arah saat Karel menyatakan cinta kepada Auri. 

Oke.

Itu adalah sekilas yang bisa diambil dari blurb di belakang bukunya. Faktanya, cerita ini sama sekali nggak cheesy dan nggak kaya cerita friendzone pada umumnya.

Auri baru saja kehilangan pacar sekaligus poros hidupnya, yaitu Elang. Dengan kehilangan Elang, kaki Auri limbung selimbung-limbungnya. Selain dilanda kesedihan, Auri juga jadi mempertanyakan jati dirinya dan tujuan hidupnya.

Di sisi lain Karel, hidup Karel mengalir begitu saja seperti air, tanpa kontrol. Dalam aliran itu, banyak sekali riak-riak yang harus dia lewati. Hati Karel penuh ketidakpuasan, ada banyak luka yang ingin dia sembuhkan tetapi menggunakan obat yang salah. 

Seolah belum cukup rumit, perasaan yang mengendap di hati keduanya terhadap satu sama lain juga memperkeruh suasana.

Dan alasan ini lah yang membuat aku suka dengan kata Manakala untuk menjadi judul dalam novelku kali ini. Karena terlalu banyak syarat dan waktu untuk akhirnya Auri dan Karel bisa menuju kepada ketentraman hati dan hidup masing-masing.

Novel ini diceritakan dari dua sudut pandang yang berbeda antara Auri dan Karel. Pembaca kuajak menyelami labirin-labirin pikiran dan rasa mereka. Bagaimana setiap kejadian terjadi dan keputusan dibuat, semua ada justifikasinya. 

Hal yang menarik lagi dari Manakala adalah latar tempatnya yang banyak, baik di luar atau dalam negeri, lalu rentang waktu yang cukup panjang dan lagu Ed Sheeran di setiap pembuka bab.


Jujur, aku sangat menikmati proses penulisannya. Aku masih ingat malam-malam yang kuhabiskan untuk menonton berbagai macam video di YouTube, atau titik-titik air mata yang mengalir di pipiku saat membaca artikel-artikel tentang kehilangan di website-website psikologi dalam rangka riset.

Membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyusun plotnya yang rumit. Sumpah, rasanya seperti menyusun puzzle. Membingungkan tapi menyenangkan. Aku juga ingat bagaimana rasanya ketika akhirnya cerita itu sampai pada titik terakhirnya. Perasaan yang aneh. Lega sekali tetapi ada sesuatu yang hilang dalam diriku karena lepas dari suatu cerita yang sangat aku sukai.

Manakala menurutku adalah roller coaster. Di dalamnya ada banyak sekali emosi yang bergejolak. Beraneka ragam. 

Saat menuliskannya, rasa itu lah yang aku nikmati. Dan aku berharap, pembaca juga akan menikmati setiap rasa yang disediakan oleh Manakala.

Selamat membaca :)

Comments