[Life] Cerita Tentang Double Tap



Im welcoming my newborn child : Double Tap

Pada suatu hari, aku lupa hari apa, mungkin sekitar setahun yang lalu. There was me and my best friend sitting together eating sushi di salah satu rumah makan sushi di Kota Kasablanka, Jakarta.
Kita bicara banyak banget. Dari kabar satu sama lain, memori masa lalu kita, sampai bertukar pikiran tentang issue yang lagi hot saat itu. Salah satu hal yang kita bicarakan lumayan panjang saat itu adalah keresahan kita tentang dunia social media. Begitu banyak orang yang nggak jadi diri sendiri karena social media. Banyak orang yang bahkan nggak mengenali dan mencintai dirinya sendiri karena pengaruh ruang maya itu.

Pembicaraan itu berakhir karena malam sudah larut. Namun, keresahan itu berputar terus di kepalaku sampai-sampai aku bertekad untuk menjadikan pembicaraan itu sebagai sebuah premis kalau suatu hari nanti aku mau menulis lagi.

Waktu berlalu dan suatu hari itu tiba juga.

Saat itu, April 2019, Storial, sebuah platform menulis online mengadakan perlombaan menulis teenlit bertajuk Happy Girl. Kala itu aku sedang nggak happy. Aku juga sedang liburan menulis karena pekerjaan kantor menguras seluruh perhatianku. Setiap hari berjalan seperti robot karena aku nggak melakukan sesuatu yang aku sukai. Aku seperti kehilangan diriku sendiri.

Jadi aku memutuskan untuk ikut berpartisipasi di lomba itu meskipun aku tahu itu somewhat like a mission impossible. Alasannya sederhana, karena aku hanya ingin kembali menulis.

Awalnya aku bingung mau menulis apa. Kemudian aku bikin polling di Instagramku. Dari hasil polling itu aku bisa menyimpulkan hal-hal apa yang menjadi keresahaan anak SMA dan aku jadi tahu poin-poin apa yang sebaiknya aku tuliskan.

Lalu premis yang sudah mengendap lama itu mencuat kembali di kepalaku. Premis itu terasa nyambung sekali dengan keresahan yang aku temukan di research kecilku. 

Jadi begitulah awalnya mengapa aku tiba-tiba menulis Double Tap. 

Double Tap maksudnya adalah like. Tahukan, kalau kamu memberikan like di postingan Instagram, kamu harus mengetuk layar ponselmu dua kali. Dan permasalahan like inilah yang akan menjadi penggerak cerita di Double Tap ini. Bagaimana seorang gadis berusia 16 tahun yang hanya ingin disukai dan diterima oleh pacar dan sekelilingnya.

Aku suka banget dengan Rhea, karakter utama di Double Tap. Namun menuliskan kisahnya nggak mudah bagiku karena saat itu aku sendiri sedang kacau dan nggak bisa relate dengan Rhea. Jadi naskah yang seharusnya selesai sebelum bulan Mei itu akhirnya baru bisa selesai bulan Juli. Aku nggak jadi ikut kompetisi yang diadakan di Storial itu. 

Walau nggak jadi ikut kompetisi, tapi ada rasa puas di hatiku karena cerita itu akhirnya selesai. Bukankah cerita yang bagus adalah cerita yang selesai?

Aku bisa menikmati menulis kisah Rhea karena menjadi Rhea membuat aku kembali ke masa-masa putih abu-abuku, salah satu masa-masa paling indah dalam hidupku.

Karena bermula dari tema Happy Girl, aku nggak membawa permasalahan berat yang bikin frustasi di cerita itu. Rhea juga karakter yang fun karena ceplas-ceplos banget. Setiap permasalahan di sana terasa menggemaskan karena Rhea juga optimis dan sok tahu. Dan yang amat bikin aku senang adalah, keresahanku yang ingin aku sampaikan dalam balutan kisah Rhea ini akhirnya bisa tereksekusi dengan fun dan kekinian. 

Kalau ditanya apa aku puas dengan hasilnya, jujur saja, belum. Aku masih butuh banyak masukan untuk menyempurnakannya. Maka dari itu kalau kamu sudah baca dan ingin memberikan masukan, aku persilakan dengan tangan terbuka karena sampai saat ini kisah Rhea masih berada di episode awal. 

Dan bagi yang belum baca, silakan dibaca ya, mumpung masih gratis hihihihi.

Gimana caranya? Kamu bisa klik link ini : bit.ly/DoubleTap01

Last but not least, welcome to the Rhea’s world, welcome to Double Tap!

I hope you’ll like it 



 photo ttd_1.png

Comments