[Life] Renungan Kala 24


8 Maret 2018.

6 hari lalu saya berulang tahun yang ke 24. Itu berarti hampir setengah abad sudah saya habiskan di dunia ini. Dan Alhamdulillah, tidak ada sedetik pun dari waktu yang Allah berikan ini yang saya sesali.


Allah begitu baik kepada saya. Karunia-Nya yang berlimpah membuat saya merasa sangaaaat kecil dan begitu malu pada diri saya sendiri. Terlalu banyak distraksi, terlalu banyak ego, terlalu banyak alasan yang saya gunakan untuk lalai, yet He still there for me

Di usia saya yang ke-23 kemarin, saya merasa banyak sekali hal yang terjadi. Badai datang silih berganti, tapi selalu ada pelangi yang membuat saya merasa bahwa di dunia ini tidak akan pernah tidak ada tempat bagi orang yang mau menghadapi kesulitan yang diberikan Allah. Setiap pelangi itu bagaikan sebuah gerbang terbuka bagi sebuah petualangan untuk menuju suatu titik. Dan semakin lama didekati maka titik itu akan semakin besar dan jelas, yang membuat saya tahu, Allah tidak pernah membuat saya tersesat meski terkadang saya merasa begitu.

Ada pintu yang ditutup. Ada pintu yang bisa terbuka. Tergantung apakah kita mau mengetuknya. Dan apa yang telah terjadi membuat saya yakin bahwa pintu yang terbuka adalah pintu yang terbaik.

Umur 23 membuat saya merasa dicintai. Hidup saya begitu riuh di tahun-tahun sebelumnya, terkadang hal itu membuat saya lupa siapa-siapa saja yang benar-benar berarti. Ya, saya begitu menyukai keramaian. Dan lalu perasaan itu harus dicoba ketika kesibukan dan dunia baru memisahkan saya dengan teman-teman saya. Menyedihkan memang, tapi ternyata dari situ saya bisa tahu siapa-siapa saja yang benar-benar menyayangi saya, siapa saja yang benar peduli dan yang memang teman sejati saya. Setelah bertahun-tahun terlena, tahun ini saya benar-benar baru memahami arti kualitas lebih baik dari kuantitas.  

2 Maret 2018. Hari itu saya berhenti sejenak. Lalu saya melihat. Melihat dengan ketenangan dan 
dengan mata yang berbeda. Hari itu saya menemukan syukur yang luar biasa besar dari hal-hal kecil yang tidak saya perhatikan ketika saya bergerak. Saya bersyukur atas kemantapan hati, saya bersyukur atas ilmu, atas pencapaian dan pengalaman. Saya bersyukur atas cinta yang selalu ada di mana saja saya berada. Saya bersyukur atas penerimaan, saya bersyukur atas perhatian, kejutan, bahkan saya mensyukuri setiap keributan. Saya bersyukur atas helai-helai napas, atas senyuman, atas pelukan, bahkan atas air mata. Saya bersyukur dengan hati saya yang paling dalam.

Akhirnya saya sudah menginjak ke usia 24, usia yang jelas-jelas tidak muda lagi. Usia yang tidak akan menoleransi kelabilan saya baik dalam mengambil keputusan ataupun bersikap. Usia yang sudah menuntut saya untuk berlaku dan berpikir lebih dewasa juga bertanggung jawab. Saya menyadari penuh hal itu walaupun seringkali saya lalai. Hahaha. 

Banyak harapan yang ingin saya wujudkan di usia ini. Saya tahu dari awal bahwa tahun ini akan banyak sekali medan perang yang harus saya taklukkan dan saya tahu saya tidak boleh kalah kalau saya ingin menghela napas dengan lega di akhir nanti. Maka dari itu di atas semua rapalan doa yang panjang kepada Allah saya mengharapkan kesehatan dan keteguhan hati.

Semoga di penghujung usia ini nanti saya masih bisa merasakan rasa syukur ini. Bahkan lebih. 


 photo ttd_1.png

Comments