The Power of Love


sebelumnya, gue mau minta maaf kalau mungkin posting ini 'mengganggu', tapi beneran, nggak pernah terbesit sedikitpun untuk menyakiti pihak manapun. im just.... be grateful :)

gue baru saja merasakan bahwa orang tua itu adalah harta paling berharga yang setiap orang bisa miliki. dan beruntunglah kita-kita yang masih diberi kesempatan untuk mengenal dan menjaga mereka. 
gue selalu pengen kuliah di UNAIR. tapi gue selalu tidak mengantongi restu. papak selalu bilang dia nggak suka gue keluar kota. 

kalo uti gue bilang, kasian papak gue, masa anak satu-satunya yg keliatan harus pergi keluar kota? mesakke bapakmu golek duit ning sing dibela-belani ora ono sing ketok. (adek gue di pondok pesantren soalnya, maka gue anak yang 'ketok')

lalu uti membahas tentang pengorbanan. lalu ada rasa marah yg mencuat dalam diri gue. yah, gue benci kata 'pengorbanan'. bukan karena gue dilarang ke UNAIR gara-gara gue harus 'berkorban'. tapi adanya unsur tidak ikhlas dalam kata itu. 

selama ini, gue melakukan sesuatu yang tidak gue suka tapi tetap gue lakukan itu demi cinta. lalu, tidak ada kata pengorbanan dalam kamus gue. gue tidak pernah merasa sebagai korban dalam hal apapun, apalagi demi orang-orang yang gue sayang. dan memang, dari kecil, orang tua gue tidak pernah meminta gue untuk mengalah, berkorban. demi apapun, even, adek gue. orang tua gue mengajarkan untuk menyayangi, bukan berkorban. 

buat gue, selama kata 'korban' itu hilang, rasa ikhlas akan muncul. lalu tidak ada lagi keterpaksaan. bukannya bahagia itu tercipta dari tidak adanya paksaan?

mungkin, secara lokasi dan emosi gue tidak dekat dengan orang tua gue. mungkin, banyak sekali suara-suara pikiran gue yang bertentangan dengan mereka. mungkin, banyak sekali peperangan melawan mereka yang harus gue lalui. mungkin, banyak sakit hati dan kecewa antara kita...

tapi, apapun yang terjadi, mereka tidak pernah meninggalkan gue. tirakat mereka besar, dan mereka persembahkan untuk gue. tiap air mata dan kata-kata semua untuk perhatian dan keberadaan. 


jadi, gue membanting cita-cita gue. gue memilih universitas yang mereka inginkan. UGM. awalnya, jungkir balik untuk sesuatu yang tidak diimpikan itu kurang menyenangkan. tapi, seiring gue mengubur UNAIR yg gue impikan, hidup yang berjalan juga menumbuhkan perasaan kasih yang setiap hari bertambah besar untuk orang tua gue. lalu gue tidak ingin membuat mereka sedih, gue tidak ingin berpisah dan gue ingin didekat mereka untuk menjaga mereka.

lama kelamaan, UGM menjadi cita-cita gue, bukan karena pengorbanan. tapi karena cinta yang besar yang tidak ingin gue tinggalkan ke Surabaya. 

lalu gue berusaha dan berdoa sekuat tenaga. jatuh bangun, air mata..... semua ada. tapi dengan dorongan nyata maupun doa dari kedua orangtua gue, semua terasa lebih ringan. ya. gue merasakan betul efek doa dan dorongan itu. gue mungkin sendiri secara fisik, tapi gue selalu merasa tertemani dan ....... penuh ridho.  

lalu, tanggal 6 Juli 2012 jam 19.00, gue mendapat pengumuman ini


rasa syukur, bahagia, puas....... semua bertubi-tubi datang. tidak ada kata yang bisa menggambarkan. apalagi ketika orangtua gue berkata mereka 'bangga'. jujur, gue tidak perlu hadiah apa-apa lagi. memberikan mereka banggga, adalah hadiah yang amat sangat tidak ternilai. 

mungkin, ini rasanya ada dalam ridho orang tua, setiap langkah dimudahkan, setiap tersesat ditunjukan arah, dan perasaan terasa ringan.

buat papak dan imuk, terima kasih untuk cinta yang tidak ada batasnya. terima kasih untuk cinta yang selalu bisa menembus goa terdalam emosiku dan menunjukkan cahaya terang. terima kasih untuk tidak pernah memperkenalkan aku pada 'pengorbanan'. :)




Photobucket