[Life] 28!

Halo 28!

Saat aku menuliskan tulisan ini, langit hitam sedang bergemuruh menemani derasnya hujan yang membasahi Jogjaku. Pandemi omicron sedang merajalela. Vladimir Putin sedang dicerca habis-habisan karena aksinya mengobrak-abrik Ukraina.

Aku baik-baik saja. Setelah kurang lebih dua minggu kujalani di rumah saja. Menikmati kehidupan yang sederhana. 10 hari dikurung pandemi, sementara hari lainnya, pencernaanku menjerit minta perhatian.

Tidak masalah. Tuhan punya caranya untuk mengijabah doa-doa umatnya. Aku pernah mengkhayalkan mengambil cuti seminggu full dan merayakan pergantian usia dengan bangun siang. Lalu Tuhan benar-benar mengizinkannya. Aku benar-benar diberi waktu luar biasa banyak untuk beristirahat dan bangun siang. Hanya saja, tanpa manusia-manusia yang kuharapkan ada di hari spesialku.

Waktu sudah berganti, tapi hatiku masih di tahun-tahun kemarin.

Gegap gemerlap riuh canda tawa dan bombardir cinta di segala media, itu yang biasa aku dapatkan di tanggal 2 Maret tahun-tahun sebelumnya. Namun, tidak tahun ini.

Ibu kandung yang opname, adik yang tidak bisa pulang kampung, sahabat-sahabat yang tidak lagi sekota, membuat aku sadar, ya, ini umur yang berbeda. Aku telah memasuki masa yang berbeda.

Ibu tiri yang menyiapkan kue ulang tahun di pagi hari. Bapak yang melihatku sebagai gadis dewasa dan seekor kucing yang menemaniku ke mana saja membuat aku merasa berdosa jika mengeluhkan segalanya.

Satu yang pasti, aku merasa sepi.

Duniaku terbuat dari selebrasi dan kejutan kini hambar. Kurasa aku hanya belum terbiasa bahwa dunia sejatinya sesepi ini. Bahwa tidak perlu ada yang istimewa dari sebuah pergantian usia. Semua orang mengalaminya satu tahun sekali. Tidak ada yang harus dibesar-besarkan.

Sudah 28, Finta, kamu ke mana saja?

Bukan untaian postingan Instagram story yang kau perlukan tapi rasa tanggung jawab yang seharusnya semakin besar. Tanggung jawab pada hidup, pada tahun ke 28 kakimu menginjak bumi dan tahun-tahun yang akan kau hadapi selanjutnya. Apa kabar cita-citamu? Apa kabar mimpi-mimpimu? Apa kabar semua bagasi yang ingin kau selesaikan sebelum menempuh hidup baru?

Aku tahu jawabannya bukan kabar buruk, hanya saja, memang belum sepenuhnya seperti yang kumau

28 tidak sia-sia. Semua yang kumiliki sekarang adalah buktinya. Hatiku yang diliputi syukur dan cinta. Tangis yang berubah jadi tawa. Tawa yang berubah jadi tangis. Dan tangisan lain yang kuubah menjadi cerita. Semua jelas tidak sia-sia.

Usia tidak ada yang tahu. Hari ini aku masih bisa meratapi sepinya ulang tahunku, tapi apakah tahun depan akan ada lagi? Syukur. Syukur. Syukur. Itu saja dulu. 

Lalu, baru tanya lagi mau apa di umur baru?



Comments