[Life] Me and My Bachelor Degree


Hai blog, selamat tahun 2017!

Ternyata sudah terlalu lama ya saya meninggalkan kamu, tiba-tiba sudah tahun 2017 saja, bahkan sudah Februari. Tapi tenanglah blogku sayang, I left you for a reason, hidup saya bukan tentang bersenang-senang selama saya nggak ngasih kabar ke kamu.

The very big news is: saya, Luthfinta Nurul Dzikrina Sudar, (un)officially sudah jadi sarjana ekonomi!


Foto sarjana yg failed (yg penting esensinya)

Senyum super lebar terkembang di wajah kedua orang tua, usaha mereka menyekolahkan saya 14 tahun dan menguliahkan saya 4,5 tahun akhirnya selesai juga. Dan yang pasti, senyum saya lah yang paling lebar, jadi saksi atas kebahagiaan mereka ditambah perasaan puas karena sudah berhasil jadi sarjana dan lega karena setelah ini saya sudah nggak perlu lagi tunduk dalam hukum dosen sambil menghabiskan malam-malam saya mengerjakan tugas, jelas bikin lebar senyum saya yang paling nggak terkalahkan.


Cerita saya untuk akhirnya bisa senyum selebar ini lumayan panjang dan berliku-liku juga. Nah, blog, berhubung cerita-mengerjakan-skripsi-untuk-mendapatkan-gelar-sarjana-S1 itu hanya akan terjadi sekali dalam hidup saya, jadi fix, kamu bakalan get the honor sebagai tempat saya mengabadikan the holy story. Hehehe.

Karena IPK saya yang hanya kurang angka enol-koma untuk bisa mencapai cumlaude, waktu saya menginjak semester delapan, saya putuskan untuk mengulang beberapa mata kuliah agar bisa memenuhi permintaan ibunda= wisuda dengan selempang ‘cumlaude’.

Tapi tetaplah kita berencana dan Tuhan-lah yang menentukan, walaupun memang IPK saya getting better, tetap saya nggak bisa memenuhi kekurangan enol-koma tersebut. Jadilah akhirnya saya menyerah dan mulai serius menggeluti skripsi saya yang waktu itu masih berupa proposal setengah jadi. 

Ya, saya sudah mulai mengerjakan skripsi saya sebenarnya sewaktu saya masih mengulang mata kuliah tersebut. Tapi ketika itu, skripsi bukanlah prioritas saya karena saat itu saya disibukkan dengan beberapa kegiatan seperti magang dan sibuk dengan proyek saya di program Innovative Academy (yang Alhamdulillahnya tim saya masuk tiga besar). Selain itu saya pun juga aktif mengikuti lomba menulis cerpen. Jelaslah betapa skripsi adalah prioritas nomer sekian dalam kehidupan semester delapan saya.

Barulah ketika bulan Mei saya mulai serius mengerjakan skripsi saya. Kebetulan ketika itu teman satu DPS saya, Dwi Ayu Rahmawati, juga memiliki semangat yang sama dengan saya. Sehingga ketika itu saya dan Dwi menjadi teman seperjuangan dalam jatuh bangun in the journey of getting the bachelor degree

Saya merasa saya adalah mahasiswi yang beruntung karena saya mendapat dosen pembimbing skripsi sekaliber bapak T. Hani Handoko, Dr., M.B.A., mengapa saya merasa begitu beruntung? Karena DPS saya tersebut adalah salah satu dosen senior di kampus saya. Beliau juga terkenal sangat piawai di bidangnya, yaitu manajemen sumber daya manusia dan manajemen stratejik. Jangankan di kampus saya, saya kerap kali menemukan teman-teman saya dari universitas lain yang menggunakan buku acuan karangan beliau untuk menunjang pembelajaran dalam kegiatan perkuliahan mereka di bidang tersebut. Dan yang paling penting adalah, ya, saya sangat mengidolakan beliau sejak pertama kali saya mengikuti mata kuliah Perilaku Organisasional yang beliau ampu.

Saya dan bapak DPS 

Mendapat DPS se’keren’ beliau membuat saya tertantang untuk membuat skripsi dengan tema yang bisa dibilang anti-mainstream. Lagi pula ketika itu saya pikir saya harus membuat suatu karya tulis yang selain challenge my limit, juga harus menarik dan mengesankan, baik bagi saya sendiri maupun bagi DPS saya yang saya idolakan itu. Setelah berhari-hari memilah-milah jurnal untuk dijadikan acuan, akhirnya saya jatuh cinta pada satu jurnal milik Lamm dan Meeks berjudul Workplace fun: the moderating effects of generational differences yang ditulis pada tahun 2009. Jadilah saya replikasi jurnal tersebut menjadi skripsi saya yang berjudul Analisis Hubungan Tempat Kerja yang Menyenangkan dan Performance Outcomes dengan Perbedaan Kelompok Generasi sebagai Variabel Pemoderasi. 

Saya begitu berbunga-bunga ketika bapak DPS saya langsung meng-ACC proposal skripsi saya ditambah lagi beliau berkata bahwa judul tersebut menarik.  

Tantangan baru benar-benar dimulai ketika proposal sudah di ACC. Berbagai permasalahan bermunculan, dari permasalahan kuesioner, permasalahan responden, permasalahan olah data dan berbagai permasalahan lain yang mau tidak mau harus saya selesaikan karena saya tahu saya tidak bisa mundur. Adakalanya saya sampai berada di titik terendah saya (dan terakumulasi juga dengan PMS) sehingga saya benar-benar menangis sejadi-jadinya. Jika saya ingat-ingat lagi, sebenarnya agak lucu juga bagaimana sebuah karya tulis bisa menjungkirbalikkan hari-hari dan emosi saya. 

22 Desember 2016, akhirnya skripsi saya di-acc untuk diuji, itu artinya saya bisa mendaftar untuk sidang skripsi. Sungguh begitu mepet dengan hari terakhir pendaftaran sidang skripsi untuk bulan Januari yang waktu itu adalah tanggal 23 Desember 2016, kemepetan yang membuat saya panik, takut kalau saya nggak bisa daftar sidang bulan itu. 

Di FEB UGM, sidang skripsi bukan hanya diuji tentang skripsi aja, tetapi juga ada ujian komprehensif, dimana mahasiswa diuji mengenai teori yang selama ini diajarkan tentang konsentrasi yang diambil. Ujian komprehensif nggak kalah mengerikannya dibandingkan ujian skripsi, malah, menurut saya, lebih mengerikan. Jadi sebulan sebelum skripsi saya di-acc, saya sudah belajar untuk ujian komprehensif itu. Tapi belajar jadi lebih menyenangkan dan termudahkan karena ada teman-teman seperjuangan yang sidang bulan itu juga, sebut saja Aufar, Yonarisa, Okta, Mario dan Irin. Belum lagi ada bantuan-bantuan dari sahabat-sahabat saya seperti Lazuardhi dan Laras. 

Saksi bisu perjuangan
Countdown menuju S.E 

24 Januari 2017 adalah hari yang paling mendebarkan dalam sejarah perkuliahan saya, ya, hari dimana akhirnya saya didadar. Semalaman saya tidak bisa tidur gara-gara memikirkan akan jadi bagaimana hari itu. Saya masih ingat sekali, kala itu hujan badai menerjang kota Jogja dengan begitu dahsyatnya, rasanya menambah suasana mencekam dalam diri saya.

Selfie tegang sebelum masuk ruang sidang

Saya seharusnya maju pada urutan ketiga, kira-kira sekitar pukul 14.30, tetapi karena ada yang dibatalkan, jadilah saya masuk ruangan sidang pukul 13.45. Selain oleh bapak DPS, saya juga diuji oleh ibu Diah Retno dan ibu Rika Fatimah. Pada sidang itu, ibu Diah dan ibu Rika menguji skripsi saya, lalu ibu Diah menguji komprehensif manajemen sumber daya manusia dan bapak Hani menguji manajemen stratejik. Saya keluar dari ruang sidang pada pukul 14.53 dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan. Kalau saya boleh jujur, sampai saat saya menulis tulisan ini pun saya masih tidak tahu apakah saya bisa menjawab dengan baik atau tidak pertanyaan dari penguji, khususnya tentang manajemen sumber daya manusia. 

Beberapa menit kemudian saya masuk kembali ke ruangan tersebut untuk mendengar pengumuman apakah saya dinyatakan lulus atau tidak. Saya sungguh berharap saya tidak perlu merasakan hal ini lebih dari sekali saja dalam hidup saya. 

Sungguh suatu kehormatan bagi saya, ketika DPS sekaligus dosen idola saya lah yang mengumumkan keberhasilan saya karena akhirnya lulus dari fakultas dan universitas yang saya cintai ini. Saya masih ingat setiap kata dari bapak Hani hari itu, saking karena momen itu begitu berkesan bagi saya. 


Internal my luvvv 

Manajemen 2012 (yg datang)

My 911 since 2009, Astri Permatasari

My very special person, Dian Annisa😘

Aufar Ahmad dan Okta Rizki, kawan seperjuangan belajar HR.

M. Lazuardhi, S.E, my strategic management saviour


FEB Cantik
FEB nggak cantik


Yonarisa Prahesti, S.E. yang S.E-nya bareng dengan saya

Hadiah-hadiah dari teman-teman tercinta


Beberapa kali saya mengeluh pada diri saya sendiri atas kebodohan saya yang tidak mengikuti passion saya terhadap dunia literasi dan malah masuk dalam fakultas ekonomi karena dorongan keluarga dan iming-iming prestige. Beberapa kali saya kesal dan merasa sedih setiap kali menatap ke gedung depan fakultas saya sendiri, membayangkan betapa akan lebih mudah semua hal bagi saya andai saya berada di sana.

Tapi satu hal yang tidak pernah terlintas dalam pikiran saya: saya tidak pernah menyesal bisa berkuliah di fakultas ekonomi nomer satu di negara saya ini.

Ya, saya tidak menyesal bisa membanggakan kedua orang tua saya. Saya tidak menyesal bisa mengenal ilmu-ilmu yang semakin dipelajari ternyata semakin menyenangkan dan membuat jatuh cinta. Saya tidak menyesal bertemu dengan orang-orang hebat yang bernaung dalam fakultas ini. Saya tidak menyesal terlibat kegiatan kemahasiswaan, mengikuti seminar, mendapat ilmu, dan berteman dengan teman-teman yang begitu hebat. 

Karena pada dasarnya, Allah knows best. Dan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada adalah one of the best things that ever happened in my life. 
So, thanks God, for giving me this present.

Dan here she is, mengawali tahun ini dengan nama baru: Luthfinta Nurul Dzikrina Sudar, S.E 😊


 photo ttd_1.png

Comments